-->

Pengertian wiraswasta dan Wirausaha

Hai Mahasiswa - Istilah wirausaha sering dipakai tumpang tindih dengan istilah wiraswasta. Di dalam berbagi literatur dapat dilihat bahwa pengertian wiraswasta sama dengan wirausaha, demikian pula penggunaan istilah wirausaha seperti sama dengan wiraswasta.



Wiraswastawan dihubungkannya dengan istilah Saudagar. Walaupun sama artinya dalam bahasa Sansekerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga kata: wira, swa dan sta, masing-masing berarti; wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani pahlawan/pendekar kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri; sta artinya berdiri.


Sedangkan Saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu, dan dagar artinya akal. Jadi, Saudagar berarti seribu akal. (Taufik Rashid)


Daoed Yoesoef menyatakan bahwa seorang wiraswasta adalah:


1. Memimpin usaha, baik secara teknis dan/atau ekonomis, dengan berbagai aspek fungsionil seperti berikut :

a. Memiliki, dipandang dari sudut permodalan, mungkin secara penuh (owner) atau secara bagian (co-owner)

b. Mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab, sebagai manager

c. Menerima tantangan ketidakpastian dan karenanya menanggung resiko ekonomi yang sulit diukur secara kuantitatif dan kualitatif

d. Mempelopori usaha baru, menerapkan kombinasi-kombinasi baru, jadi disini wiraswasta sebagai pionir, tokoh yang dinamis, organisator, koordinator

e. Penemu (inovator), peniru (imitator) dan yang berhubungan dengan ini, penyalur memindahkan teknologi.


2. Memburu keuntungan dan manfaat secara maksimal.

3. Membawa usaha ke arah kemajuan, perluasan, perkembangan, melalui jalan kepemimpinan ekonomi, demi :

a. Kenaikan prestise

b. Kebebasan (independence), kekuasaan dan kehormatan

c. Kontinuitas usaha


Yang terakhir ini merupakan perbuatan yang didorong tidak hanya oleh motif ekonomi tetapi juga oleh pertimbangan-pertimbangan psikologis, sosiologis, dan bahkan politis. Fungsi apa yang dilakukan oleh seorang wiraswasta serta bagaimana dia melakukan itu pada gilirannya memberikan kepadanya tipe kepribadian tertentu. Dipandang dari sudut ini kiranya dewasa ini dapat dibedakan lima tipe pokok wiraswasta.


1. Wiraswasta sebagai orang vak, “captain of industry”, di suatu bidang tertentu, dimana ia membaktikan prestasi teknik dan mengadakan penemuan ataupun peniruan. Yang menjadi perhatian utamanya adalah aspek teknik dari usaha yang dijalankannya, sedangkan langganan diperolehnya tidak secara disengaja tetapi melalui mutu barang dan/atau mutu prestasinya.


2. Wiraswasta sebagai orang bisnis, yang terus menerus secara tekun menganalisa kebutuhan dan selera masyarakat, menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru melalui reklame. Yang menjadi perhatian dan keprihatinan utamanya adalah angka dan grafik penjualan dan karenanya juga barang (produksi) yang mempunyai masa depan yang cerah.


3. Wiraswasta sebagai orang uang, yang mengumpulkan dan menyalurkan dana, mendirikan konsern-konsern, yang pada pokoknya bergerak di pasaran uang dan modal.


4. Wiraswasta sebagai social engineer, pengusaha yang berusaha mengikat para pekerjanya melalui berbagai karya sosial (welfareworks), baik atas pertimbangan moral ataupun berdasarkan perhitungan zakelijk, yaitu mengelakkan kerugian yang diakibatkan pertukaran personil yang terlalu kerap dan cepat.


5. Wiraswasta sebagai manajer, yang memajukan usahanya dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan bisnis modern dan memperhitungkan sepenuhnya azas efisiensi. Disini usaha meraih keuntungan tidak lagi sinonim dengan usaha mencapai pendapatan yang sebesar mungkin bagi si pengusaha, sebab alam pribadi pengusaha terpisah dari alam usaha itu sendiri.


Kita mengharapkan secara nasional, kita memiliki bangsa yang kelak dapat berdiri penuh atas nilai-nilai kepribadian yang bermutu tinggi. Jadi kewiraswastaan terdiri dari 3 bagian pokok yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, yaitu

1. Sikap mental wiraswasta

2. kewaspadaan mental wiraswasta

3. Keahlian dan keterampilan wiraswasta


Bagian ke-3 ini telah banyak didapatkan dari pendidikan sekolah-sekolah yang ada. Akan tetapi, bagian ke-1 dan ke-2 masih memerlukan banyak waktu dan pemikiran untuk mengembangkannya.


Khususnya untuk masyarakat pedesaan, yang tingkat pendidikan formalnya hanya rata-rata sampai dengan Sekolah Dasar, maka pendidikan kewiraswastaan ini harus secara penuh diberikan untuk tiga unsur di atas. Dorongan untuk memajukan wiraswasta adalah seperti sebuah mobil yang tidak punya dinamo. Bila sang mobil didorong-dorong maka ia akan berjalan. Akan tetapi, begitu berhenti didorong, maka mobil pun berhenti. Bukankah yang kita perlukan dinamo? Dinamo yang dimaksudkan adalah daya penggerak diri.


Jadi, setiap orang harus kita berikan dinamo itu agar dia dapat berjalan sendiri tanpa perlu didorong. Demikianlah peranan pendidikan kewiraswastaan dalam memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan kata lain, bahwa untuk menjadikan jumlah penduduk yang besar menjadi modal pembangunan adalah melalui pendidikan kewiraswastaan. (Suparman Sumahamijaya).


Moh. Said Reksohadiprodjo menulis, bilamana istilah wiraswasta diterima wira atau prawira berarti apa yang bersifat mulia atau luhur, dan swasta yang biasanya digunakan untuk menyatakan pihak bukan pemerintah, sebenarnya berarti kemampuan untuk berdiri (=sta) atas kekuatan sendiri (=swa), jadi kemampuan untuk berdikari, otonom, berdaulat atau merdeka lahir batin.


Jadi seorang wiraswasta adalah seorang usahawan yang di samping mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya dan niaga khususnya secara tepat guna (tepat dan berguna, efektif dan efisien), juga berwatak merdeka lahir batin serta berbudi luhur. Gambaran ideal manusia wiraswasta adalah orang yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, tetap mampu berdiri atas kemampuan sendiri untuk menolong dirinya keluar dari kesulitan yang dihadapinya, termasuk mengatasi kemiskinan tanpa bantuan instansi pemerintah atau instansi sosial. Dan dalam keadaan yang biasa (tidak darurat) manusia-manusia wiraswasta bahkan akan mampu menjadikan dirinya maju, kaya, berhasil lahir dan batin, karena mereka mempunyai kelebihan sebagai berikut:


1. Tahu apa maunya, dengan merumuskannya, merencanakan upayanya, dan menentukan program batas waktu untuk mencapainya.

2. Berpikir teliti dan berpandangan kreatif dengan imajinasi konstruktif.

3. Siap mental untuk menyerap dan menciptakan kesempatan serta siap mental dan kompetensi untuk memenuhi persyaratan kemahiran mengerjakan sesuatu yang positif.

4. Membiasakan diri bersikap mental positif maju dan selalu bergairah dalam setiap pekerjaan.

5. Mempunyai daya penggerak diri yang selalu menimbulkan inisiatif.

6. Tahu mensyukuri dirinya, waktu dan mensyukuri lingkungannya.

7. Bersedia membayar harga kemajuan, yaitu kesediaan berjerih payah.

8. Memajukan lingkungan dengan menolong orang lain, agar orang lain dapat menolong dirinya sendiri.

9. Membiasakan membangun disiplin diri, bersedia menabung dan membuat anggaran waktu dan uang.

10. Selalu menarik pelajaran dari kekeliruan, kesalahan dan pengalaman pahit, serta berprihatin selalu.

11. Menguasai salesmanship (kemampuan jual), memiliki kepemimpinan, dan kemampuan memperhitungkan resiko.

12. Mereka berwatak maju dan cerdik, seta percaya pada diri sendiri.

13. Mampu memusatkan perhatiannya terhadap setiap tujuannya.

14. Berkepribadian yang menarik, memahami seni berbicara dan seni bergaul.

15. Jujur, bertanggung jawab, ulet, tekun dan terarah.

16. Memperhatikan kesehatan diri, tidak suka begadang, jangan menjadi perokok berat, tidak minum alkohol, dan narkotik.

17. Menjauhkan diri dari sifat iri, dengki, rakus, dendam, takut disaingi, khawatir dan ragu-ragu (hambatan yang dibuat sendiri).

18. Tunduk dan bersyukur kepada Tuhan YME untuk mendapatkan ridhonya, beriman dan memperhatikan hukum Allah, peraturan dan hukum yang berlaku sebagai pedoman. (Suparman Sumahamijaya).


Seorang wiraswasta ialah seseorang yang memiliki pribadi hebat, produktif, kreatif, melaksanakan kegiatan perencanaan bermula dari ide sendiri, kemudian mengembangkan kegiatannya dengan menggunakan tenaga orang lain dan selalu berpegang pada nilai-nilai disiplin dan kejujuran yang tinggi.


Jika ada orang melaksanakan usaha, mencapai kemajuan sebagian besar melalui KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) atau hanya sebagai calo, tukang catut, maka dia itu tak tergolong wiraswasta sejati, bisnis seperti ini akan mengalami kehancuran pada waktunya.


Jadi ciri-ciri seorang wiraswasta ialah:

1.  perilaku orangnya terpuji, disiplin, jujur, tekun

2. Berani menanggung resiko dengan penuh perhitungan yang matang

3. Mempunyai daya kreasi, motivasi dan imajinasi

4. Hidup efisien, tidak boros, tidak pamer kekayaan (demonstration effect).

5. Mampu menarik orang lain, karyawan untuk bekerjasama

6. Mampu menganalisa, melihat peluang-peluang.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel